Melbourne, Australia – Aliansi Remaja Independen Pati (ARI Pati) yang merupakan sebuah organisasi yang berkomitmen dalam bidang pendidikan, ketenagakerjaan, advokasi dan konsultasi hak-hak dan kesehatan reproduksi bagi remaja di kabupaten Pati. Dalam hal ini ARI Pati juga berupaya ambil bagian dalam memberikan solusi terbaik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama remaja dalam memahami pentingnya pengetahuan terkait kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk tentang HIV-AIDS.
Tak hanya andil dalam meningkatkan kesadaran memahami pendidikan seksualitas, tetapi juga selalu melakukan advokasi ke stakeholder dan pemerintah guna melakukan pendekatan secara signifikan agar permasalahan ini bisa diselesaikan secara seirama dan berkelanjutan.
Dalam rangka mewujudkan visi sebagai remaja yang kompeten serta mampu memberikan teladan bagi remaja lainnya, Aliansi Remaja Independen Pati ikut andil dalam Aids Conference 2014 yang diwakili oleh Titik Rusmiati guna menjalin kerjasama internasional.
Kesempatan delegasi ARI Pati untuk turut ambil bagian dalam Aids Conference 2014 tak hanya memberikan media pelatihan calon pemimpin masa depan dengan menghadapkan langsung pada permasalahan dunia, dan isu-isu penting negara saat ini, tetapi juga menjadi media langsung untuk menguji dan mengasah kemampuan negosiasi internasional dan analisis masalah.
International Aids Conference 2014 diadakan di Melbourne Exhibition center pada 20-25 Juli 2014. Namun sebelumnya, delegasi juga ikut serta dalam Melbourne Youth Force pada 18-19 Juli 2014 di St. Library State.
Melbourne Youth Force (MYF)
Melbourne Youth Force (MYF) adalah Pra Konferensi yang diikuti oleh jaringan orang-orang muda dari seluruh dunia yang berkomitmen untuk membentuk respon global terkait HIV. MYF merupakan inisiatif bersama dari Melbourne youth, YEAH, dan beberapa mitra di Australia. Acara ini terbuka untuk semua orang-orang muda yang menghadiri AIDS Conference 2014, Pra-Konferensi fokus pada berbagi informasi dan membangun skill untuk orang-orang muda di seluruh konteks politik, ilmiah, ekonomi dan sosial dari HIV / AIDS. Serta memfasilitasi partisipasi kaum muda pada AIDS 2014.
Lebih dari 200 orang muda dari seluruh dunia yang berkumpul di St.Library State ini selama dua hari yang berdiskusi tentang advokasi HIV. Ada juga Sesi lokakarya yang mencakup perdebatan mengenai penelitian ilmiah dan sosial, pelatihan media dan pemecahan masalah yang terbaru. MYF tidak hanya sebagai tempat menambah wawasan tentang AIDS 2014, tetapi juga tempat yang memungkinkan aktivis HIV muda untuk membangun persahabatan baru dengan aktivis muda dari negara lainnya.
Dalam MYF, hal yang sangat hangat di bicarakan adalah tentang Peer Educator, Sehingga para delegasi saling berbagi issue dari negaranya masing-masing dan bertukar pendapat tentang metode serta strategi untuk memperkuat kualitas peer educator.
Di AIDS Conference 2014, orang muda sangat berperan aktif dalam semua aspek konferensi. Orang-orang muda tidak hanya sebagai delegasi, tetapi penyelenggara kegiatan, pembicara dan volunteer. Program Pemuda ini mencakup berbagai kegiatan yang dirancang untuk dan oleh orang-orang muda termasuk pertunjukan budaya dan pendidikan, presentasi, lokakarya dan diskusi panel. Sehingga MYF adalah langkah awal yang memberikan ruang bagi kaum muda untuk jaringan dan berkolaborasi dari seluruh dunia.
Opening Ceremony
Konferensi yang dibuka pada 20 juli 2014 ini dimulai dengan catatan suram dengan meninggalnya enam delegasi termasuk pendiri International Aids Society (IAS), President Joep Lange dalam perjalanan ke Melbourne dengan pesawat Malaysia Airlines MH17yang jatuh di Ukraina, bersama-sama 298 penumpang lainnya.
“The extent of our loss is hard to comprehend or express,”kata presiden IAS, Françoise Barré-Sinoussi. “We grieve alongside all of those throughout theworld who have lost friends and family in this senseless tragedy.”
Kemudian membahas data menggembirakan terkait dengan akses pengobatan dan mengurangi infeksi HIV baru, namun karena masih ada stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (orang dengan HIV-AIDS) ini menimbulkan penghalang utama untuk mengakhiri epidemi. “If we accelerate a scale-up of all HIV services by 2020, we will be on track to end the epidemic by 2030,” kata Direktur Eksekutif UNAIDS Michel Sidibé. “If not, we risk significantly increasing the time it would take, adding a decade, if not more.”

Di upacara pembukaan, delegasi dari Indonesia juga ikut menyampaikan pidatonya. Dia adalah Ayu Oktarianiyang merupakan ketua Indonesian Positive Woman’s Network and focal point for YouthLEAD and women Living with HIV in Indonesia. Dia berkata bahwa Ayu adalah orang yang hidup dengan HIV AIDS (ODHA) sejak lima tahun yang lalu “I am HIV-positive because of lack of information. What happened to me is common throughout our region and the world. I come from the most populous Muslim country, but our situation is not unique. I am surrounded by peers from other countries – Hindus, Buddhists, Christians, Seikhs, atheists, and we all faced the same problem. Many of us got HIV because we did not have the means to protect ourselves.”
Dalam pidatonya, dia juga menyampaikan bahwa menjadi ODHA tidaklah mudah, ketika ingin melakukan test HIV harus didampingi oleh orang tua, susahnya mendapatkan pelayaran yang ramah, terlebih lagi stigma serta diskriminasi yang selalu dia terima.
Di akhir pidatonya, Ayu mengajak kepada seluruh organisasi didunia yang bekerja keras baik skala daerah, national maupun global untuk bersama-sama memerangi virus HIV. “I’m asking all young people living with HIV and those who care about us, to join hands and work together to make a better world where young people get the information they need and all people living with HIV are treated with respect.” “ Welcome to AIDS 2014.” Imbuhnya.
Pidato Bill Clinton
Dalam kesempatan ini, Presiden Bill Clinton mengatakan bahwa menemukan cara efisien yang lebih ekonomis untuk mencegah HIV adalah satu-satunya hal yang sangat vital untuk mencegah tersebarnya virus.
Clinton mengatakan bahwa pertemuan pencegahan dan dukungan HIV dalam target global mungkin “existing funding envelope”, tetapi jika sumber daya yang digunakan akan lebih efektif. “The development of super-efficient systems can help us achieve the 90-90-90 goals,” kata Clinton, mengacu pada UNAIDS 2020 target 90% dari orang dengan HIV yang mengetahui status mereka, 90% dari orang dengan HIV antiretroviral yang menerima pengobatan dan 90% dari orang yang memakai pengobatan memiliki viral load tidak terdeteksi.
Deteksi dini, kata Clinton, itu sangat penting “New data from 51 countries suggests 70% of HIV-related deaths could have been prevented.” Dia menambahkan: “The evidence continues to build that early treatment helps prevent further transmission.”
Geldof: Memberantas Kemiskinan dan Menghilangkan HIV
Sir Bob Geldof mengatakan bahwa memerangi kemiskinan di Afrika juga dapat membantu memerangi HIV / AIDS. Pemaparan tentang prestasi peneliti AIDS selama 30 tahun terakhir adalah “extraordinary“, kata Geldof “The reluctance to fund new research during the last mile was preposterous”.
Geldof juga mengecam negara-negara maju yang mengurangi bantuan luar negeri kepada orang miskin. Termasuk keputusan Australia yang mengurangi bantuan langsung luar negeri. Geldof menuduh politisi kita melanggar kata-kata mereka“You can’t mess around with a sovereign promise to the poor; they’re too weak, they’re too vulnerable,” dia berkata.“It’s like beating up an infant.”
Geldof mengatakan kekayaan Australia wajib untuk membantu orang-orang termiskin di dunia. “Remember, you’re one of the richest countries in the world,”
Dalam pidatonya, Geldof juga membahas tentang ketidaksetaraan gender dan ekstremisme agama di seluruh Afrika yang masih menstigma terhadap orang yang hidup dengan HIV.
Menyampaikan pidato utama pada upacara penutupan, musisi dan aktivis Sir Bob Geldof menyampaikan kembali komentar yang dibuatnya pada konferensi tentang peningkatan pendanaan untuk program dan layanan HIV. “I am dismayed that you people, after such great scientific and global health success, still have to beg for cash. On this last mile, on this last hurdle, we cannot allow indifference and incapable governance to stop the final victory, which is coming.”
AIDS 2014 Legacy Statement
Menteri kesehatan dari setiap negara bagian dan wilayah Australia berkomitmen untuk menghilangkan semua transmisi baru HIV pada akhir 2020 Pengumuman ini dibuat oleh para menteri kesehatan dari Victoria dan NSW, David Davis dan Jillian Skinner, dan co-chair konferensi Profesor Sharon Lewin.
Deklarasi tersebut merupakan tujuan inti dari Pernyataan Legacy AIDS 2014, rencana yang disusun oleh penelitian, pemerintah, masyarakat dan para pemimpin ilmiah awal tahun ini. “It commits us to a rejuvenated response to HIV,” ,” kata Skinner. “None of this would have been possible without our partnering with the clinical world, research world and the community,” tambah Profesor Lewin: “[Australia] will be the first country to have such ambitious targets that have been signed up to from every aspect of the response, and I think we should be incredibly proud of that.”
Pada acara sebelumnya, Davis juga mengumumkan bahwa Pemerintah Victoria akan mengubah hukum yang secara spesifik mengkriminalisasi penyebaran virus HIV dengan sengaja. Pasal 19A dari Undang-Undang Kejahatan 1958 menyatakan bahwa seseorang “intentionally causes another person to be infected with a serious disease is guilty of an indictable offence”. Undang-undang menyatakan bahwa HIV sebagai penyakit yang serius. Victoria adalah satu-satunya negara bagian Australia memiliki hukum seperti itu. “Repealing section 19A would have a positive impact on the stigmatisation of people living with HIV, with no negative impact on public safety,” kata Presiden Ian Muchamore. “Its repeal would remove an embarrassing anachronism from the law of this state and put us on the path to eliminating HIV infections by 2020.”
Closing Ceremony
AIDS 2014 yang berakhir pada hari Jumat, 25 Juli 2014 dengan paduan suara tokoh internasional menyerukan pemerintah dan organisasi untuk meningkatkan kecepatan dalam hal memberikan akses universal terhadap pengobatan, perawatan dan pencegahan.
Berbicara atas nama orang yang hidup dengan HIV, Australia John Manwaring mendesak orang-orang dari masyarakat yang terkena dampak HIV menjadi advokat yangtak kenal takut. “Every day, those of us living with HIV have to contend with fear and the irrational, often cruel, reactions it incites. But as I’ve heard people speak over this past week, I have realised an undeniable truth: we are more powerful than we know“kata Manwaring. “When those of us living with HIV come out into the light and share our stories, we dispel the fear, the stigma, and the hate. In their eyes, we are no longer stereotypes and statistics; we are human.”
Local Co-Chair dari konferensi, Australia Prof Sharon Lewin, juga menyerukan peningkatan dukungan dan kerjasama. “This week, we have heard of all the great progress but that there is still much work to be done. In order for us to change an epidemic to low level infection, we need an individualised approach to address key hot spots; we need a strong focus on specific geographic areas and key affected populations that continue to experience the highest numbers of infections. We need to recognise that one size will not fit all in our response. Now more than ever we need an increase in funding to do it. Now is not the time to slacken the pace.”
Presiden Chris Beyrer (Presiden Baru International Aids Society) mengatakan bahwa ada dua tantangan terbesar yang dihadapi respon global HIV adalah kurangnya akses perawatan yang efektif bagi jutaan orang di seluruh dunia, dan undang-undang baru yang bersifat diskriminatif dan kebijakan yang tidak peduli dengan pengobatan HIV. “I am the first openly gay person to lead the IAS, and as a man who buried too many friends and lovers before we had effective treatment, let me pledge that inclusion for all who need and want HIV services will be a fundamental focus of my leadership.”
Konferensi AIDS Internasional berikutnya akan berlangsung di Durban Afrika Selatan, pada tahun 2016. Dalam pidatonya pada upacara penutupan, Local Co-Chair dari AIDS 2016 Profesor Olive Shisana menyatakan bahwa “sub-Saharan Africa still shoulders a vastly disproportionate burden of the HIV epidemic, with high prevalence and mortality.”
“The past three decades of HIV/AIDS has taught us that the disease doesn’t discriminate but that people and governments do,” kata Shisana“A renewed engagement with decision makers across the continent on the issue of human rights will be unavoidable if we are to move towards ending AIDS in sub-Saharan Africa and build on the huge gains that we’ve made over the past 15 years. It is my hope that the Durban 2016 conference will drive momentum towards a reinvigoration of the HIV/AIDS response in Africa.”
AIDS 2014 diikuti oleh lebih dari 13.600 delegasi dari lebih dari 200 negara untuk membahas penanggulangan HIV secara global. Mantan Presiden AS Bill Clinton, Sir Bob Geldof, kepala UNAIDS Michel Sidibé dan tokoh internasional lainnya bergabung delegasi dari medis, penelitian, pemerintah dan sektor advokasi serta perwakilan dari masyarakat yang terkena dampak HIV dan AIDS termasuk pria yang berhubungan seks dengan laki-laki, transgender, pekerja seks dan pengguna napza. (Titik Rusmiati)