Selasa, 06 Januari 2015

Semangkuk Ice Cream untuk Mamah


Tuhan... kenapa keluargaku berbeda? Kenapa papah sering memarahiku? Apakah papah sayang kepadaku?
Tuhan...kenapa laki-laki yang bukan papahku itu memeluk mamahku?

Libur panjang telah usai. Dan hari ini adalah hari pertamaku menjadi siswi kelas tujuh sekolah menengah pertama (SMP). Lengan baju putih biru udah siap kusisingkan. Aku pun bergegas untuk berangkat kesekolah baruku mengingat ini adalah hari pertamaku masuk sekolah disalah satu SMP di kota Pati, aku tidak mau terlambat masuk gerbang sekolah walau sedetik pun. Dan tidak lupa, kuambil uang saku yang sudah disiapkan ibuku di atas meja belajarku. Lalu aku pun bergegas pergi tanpa ada yang bisa kupamiti, kecuali boneka teddy bear, satu satu nya pemberian mamahku. “ Aku kesekolah dulu ya, nanti akan aku kasih cerita sepulang sekolah nanti.” Teriakku penuh bahagia. Ku kayuh sepeda mini warna pink yang dibelikan mamah dari bengkel dekat gang rumah, walaupun lunguran atau bekas, tapi masih layak pakai.

Pagi ini begitu terik. Keringat mulai damai mengucur diseluruh kening dan ketiakkuku. Entah apa karena matahari yang membakar kulitku atau karena memang semangatku yang luar biasa hebat pagi ini. Setelah kurang dari satu jam perjalanan dengan sepeda onthel warna pink, aku sudah sampai ke sekolah. Bergegas ku parkir sepedaku dan ku seka keningku dengan sapu tangan dari dalam tas. Mulai kubayangkan suasana kelas yang menyenangkan. Ku berjalan mengelilingi gedung untuk mencari kelas 7A yang ternyata ada dilantai 2. Senang rasa hati mencium aroma baru dalam kelasku yang penuh dengan poster-poster pahlawan, binatang, rumus matematika dan masih banyak yang lainnya. Karena masih belum ada yang datang, akupun bebas memilih bangku. Kupilih bangku kelas paling depan, agar aku mampu melihat jelas tiap goresan yang ditulis ibu guru dipapan tulis ketika belajar nanti, fikirku.

Tak lama kemudian, teman-teman baruku pun tiba di ruang kelas. Ada yang diantar ayahnya, ibunya atau bahkan sopir pribadinya. Sejurus kemudian, mataku pun langsung tertuju pada anak perempuan cantik yang menggunakan kuncir warna kuning dengan rapi yang diantar orang tuanya sampai ke ruang kelas. “Aku ingin seperti itu.”Teriakku dalam hati sambil memejamkan mata.
“ Hai, namaku Loli, aku duduk disini ya,” Ucapnya. Sontak membuatku kaget. “oh iya, aku Angela, sini duduk.”jawabku spontans. Dan kubumbuhi senyum tipis dari bibirku. “Eh Angle, kamu tadi keseolah diantar siapa? Dan rumahmu mana?”tanyanya.  Mulutku tiba-tiba kelu, beku dan hampir tak bisa menjawab, suaraku seolah tercekat dikerongkongan, “Ee..” .Kemudian dia menyambar lagi ”Eh Angle, bu guru udah datang.” Hah akhirnya kubisa menghela nafas panjang.
“Selamat pagi anak-anak,” Ucap bu Guru. “selamat Pagi Bu,” Jawab kami serentak. “Selamat datang dikelas baru ya, sekarang kalian sudah menjadi murid kelas tujuh A SMP Merdeka Pati, Perkenalkan nama saya Bu Suci Wardani, kalian bisa memanggilku Bu Suci. Saya adalah wali kelas kalian selama satu tahu kedepan. Nah.. Sebelum pelajaran di mulai, kita perkenalan dulu yuk, nanti kalian maju satu persatu kemudian sebutkan nama kamu, umur kamu, dan kemudian ceritakan tentang ayah dan ibu kamu ya, Setuju??.” Ujarnya. “Iya bu, Setuju.” Jawab kami dengan antusias.

            Satu persatu pun kami maju kedepan untuk memperkenalkan diri. Ku amati seluruh teman-temanku yang maju didepan. Ku dengar seluruh kisah tentang keluarga mereka, hobi mereka dan cerita menarik mereka tentang liburan panjang semester lalu yang membuat tulangku terasa linu. Dan sekarang adalah giliranku. Ya aku harus maju kedepan, gejolak hatiku pun gelisah tak menentu. Jantungku kali ini berdetak lebih kencang dari biasanya, ku langkahkan kakiku dan berusaha bersikap sewajar mungkin, “Hai teman-teman, namaku Angela Shinta, Panggilanku Angel. Umurku 13 tahun, Papahku adalah...........Ee...ee..”. Mulutku pun mulai bungkam. Dan suaraku terkecat dikerongkongan kedua kalinya dipagi ini. Aku bingung bagaimana aku harus bercerita tentang orang tuaku. Haruskah ini pantas kuceritakan? Semua berkecamuk dalam otakku. Kupejamkan mata. Dan kucoba meraba-raba dalam fikiranku. Buyar!.
----------------- dalam benakku-----------------
Apakah aku harus menceritakan tentang papah mamahku kesemua teman-temanku didepan kelas? Apakah aku harus jujur ke ibu guru? Tapi aku tidak tahu nama pekerjaan papah-mamahku. Mengapa pekerjaan mereka berbeda dengan orang tua teman-temanku? Aku memiliki keluarga namun serasa hidupku di neraka. Yang kulihat setiap hari hanya duka dan nestapa.

Aku masih ingat betul, malam itu aku terbangun karena papahku pulang, menggedor-gedor dan membuka pintu dengan kerasnya. Waktu itu aku tidur sendirian dalam kamar kecilku. Ku dengar papahku  tertawa cekikikan dengan seorang wanita. Kuintip papahku dari daun pintu kamarku. Kulihat papahku sedang berpelukan dengan seorang wanita cantik berpakaian pendek warna merah, yang aku yakin itu bukan mamahku. Mereka pun duduk dikursi tamu. Sembari membawa botol minuman yang aku tidak tahu minuman apa itu, Papahku menciumi wanita itu tanpa sadar aku melihatnya. Menjamahi setiap lekuk tubuh putihnya.  Dengan langkah gontai merekapun menuju kamar tidur papah dan mamahku. Dan aku hanya bisa tidur dengan kaku berharap mamah disampingku dan memelukku, kemudian kuceritakan apa yang sudah aku lihat tadi. Ku peluk erat-erat boneka teddy bear hingga pagi menyapa.

Memang diriku masih kecil, namun aku merasa aku bisa mampu mencerna semua kejadian itu, kehidupan keras yang dibangun dalam tatanan keluargaku membuatku mengerti. Aku paham betul itu adalah hal yang salah, karena yang dipeluk papahku bukanlah mamahku. Ini bukan kali pertama, sudah tidak terhitung berapa kali papah bertingkah seperti itu. Gadis dengan berbagai rupa dibawa kerumah secara bergantian, ketika mamah tidak dirumah. Aku menyaksikan tiap malam tanpa mampu berbuat apapun.

Keesokan harinya aku pun bangun  dan mendapati mamahku sudah disampingku dengan matanya yang lebam. “Mamah, mamah kenapa? Mamah nangis.?” Tanyaku Polos. “ Enggak sayang, mamah hanya kecapekan. Yuk Angle Mandi, nanti kan sekolah.” Jawab mamahku dengan tenang. “ Iya mah, Aku sayang mamah.”Ujarku sembari memeluknya dengan hati yang tak tentu. Aku paham pasti ada yang tidak beres dengan mamahku. “nanti mamah antar angle ke sekolah ya, mamah libur kerja hari ini.”  Ujarnya penuh hangat. “ Asyiikk, makasih mamah.” Ceplosku penuh girang dan segera ku loncat dari kamar tidur untuk bergegas mandi. Dan aku pun diantar mamah kesekolah untuk pertama kalinya. “ Mah, nanti angle pulang sendiri aja ya, mamah istirahat saja dirumah. Angle kan anak berani.”ucapku penuh mantap. “ Oke  sayang, Semangat belajar ya sayang.” Sahut mamah sembari berjalan keluar menuju gerbang sekolah. Kulihat punggung mamah sampai hilang dari pandanganku dan aku sesuatu yang mengganjal yang entah apa yang aku  sendiri tidak paham.

Setelah jam pelajaran usai, aku pun bergegas pulang ke rumah. Namun apa yang kudapati? “mamaaaaahh....” Teriakku sambil berlari. Kulihat muka mamahku penuh luka dan berdiri kokoh papahku didepan mamahku sambil membawa ikat pinggang ditangan kanannya. Entah apa yang terjadi, yang aku pahami adalah mamahku telah dipukuli hingga babak belur oleh papahku. Remuk hatiku dan kucoba rebut ikat pinggang itu dari genggaman tangan  papahku. Tapi apa daya, kekuatan anak kecil sepertiku sangat tidak sebanding dengan kekuatan papahku. Diangkatlah tubuhku. Dan dibanting diatas kasur kamarku. “Hei Anak Ingusan, Kamu mulai melawan ya..kamu nggak usah ikut-ikutan urusan orang tua.. Kamu dikamar dan awas, jangan mencoba pergi kemana-mana.” Gertak papahku dengan penuh marah. Aku pun hanya mampu menangis duduk dipojokan kasur kamarku, namun tetap kudengar percakapan papah-mamahku.

“Mulai besok, kita akan pindah rumah di Lorok Permai. Kamu harus bekerja disana. Awas kalau kamu menolak, aku akan menceraikanmu, camkan itu!!!” Teriak papahku ke mamahku. “ Tapi pah, aku nggak mau bekerja melayani siapapun selain suamiku” Jawab mamahku denga menangis. “ kamu mulai membantahku ha??.” Teriak papahku lagi sambil memukuli mamahku. “ Iya pah, iya pah,, ampuun,, ampuni mamaahh,,” Dan tangis mamah pun mulai memecah dengan keras.

Semenjak hari kelam itu, kami pun pindah rumah. Ini merupakan pemandangan baru bagiku. Kulihat para perempuan berpakaian mini, bersolek cantik dan duduk berbaris rapi diteras-teras rumah dengan seputung rokok disela jari mereka. Tak lama kemudian datanglah seorang laki-laki setengah baya berjabat tangan dengan salah satu diantara mereka dan kemudian mereka saling bergandengan dan masuk ke rumah. Dan entahlah apa yang mereka lakukan dirumah itu.

Dan malam hari, kudengar musik dangdut diputar dengan keras disetiap bilik-bilik ruangan dirumah denga teriakan gegap gembita para perempuan dan laki-laki dewasa. “Mamah, angle tidak bisa tidur.” Gelisahku. “Nanti kamu pasti akan terbiasa sayang. Tidur ya.. besok kan angle harus sekolah.”jawab mamahku dengan senyuman pilu. “ Iya mah.” Timpalku sembari kututup kupingku dengan bantal.

Pagi hari seperti biasa aku pun berangkat ke Sekolah untuk belajar, Setelah itu akupun  bergegas pulang kerumah tanpa mampir kemanapun. Seperti biasa, untukmenuju kerumah, aku pun harus melewati beberapa pemandangan yang biasa kulihat, yaitu para perempuan cantik yang telah berjejer rapi berpakaian mini dan bersolek tebal. Betapa kagetnya diriku, kucoba buka mataku lebar-lebar dengan hampir tidak percaya. Kulihat mamahku ternyata duduk dibarisan itu dengan pakaian mini dan bersolek tebal. “Iya, itu mamahku, Tapi apa yang mamah lakukan disitu? Kenapa mamah tidak menggunakan jilbab seperti biasanya? Kenapa mamah bersolek tebal?  Dan kenapa mamah menggunakan pakaian yang kesempitan?” Gumamku dalam hati dengan rasa penuh tanya. Selang beberapa menit kemudian, kulihat mamah digandeng seorang pria, yang aku sangat yakin itu bukan papahku. Kemudian mereka masuk kerumahku, lebih tepatnya ke kamar papah dan mamahku.

Aku hanya mampu kaku mengintip didaun pintu kamarku, dan kulihat kembali pria itu keluar kamar dan memberikan beberapa lembar uang ke papahku yang ternyata sudah duduk diruang tamu sembari membawa botol minuman yang persis seperti malam lalu. “ kenapa pria itu memberikan uang ke papahku? Mamahku bagaimana keadaannya? Apakah baik-baik saja?” Fikirku miris tanpa mampu berbuat apapun.
“Hei, keluar kamar.. cepaaaatt.”Papahku mulai berteriak lagi. Tak lama kemudian mamahku sudah keluar kamar dengan berpakaian daster dengan rambut yang acak-acakan. “Hahahahahaha, ternyata kamu bisa kerja bagus ya, hahahaha, baguss,, baguuuss,,, cepat berdandan lagi sebelum teman saya datang, awas  kalau kamu tidak mampu memuaskan mereka.” Bentak papahku. Dan mamahku hanya mampu menganggukkan kepala dan menuruti segala instruksi papahku.

Semenjak hari itu,  setiap hari pun aku melihat mamahku ikut berjejer rapi, merokok,  dan mulai latihan menyanyi lagu-lagu dangdut yang tidak pernah dia sukai, selain itu, mamah pun sering minum minuman dari botol yang persis dulu kulihat dipegang papahku. Aku sangat tidak paham apa yang dikerjakan oleh mamahku. “Kenapa mamah sekarang berubah?”Fikirku penuh kegalauan yang membuatku tidak bisa belajar dan tidur dengan tenang.

Hari demi hari, ku jalani dengan keras. Terkadang kupandangi lamat-lamat muka mamahku yang penuh dengan riasan tebal. Kulihat ada kesedihan yang mendalam. Ingin ku berontak ke papah yang keterlaluan menyiksa mamahku. Tapi apa daya, aku selalu dianggap sebagai anak kecil yang tidak  mengerti apa-apa.

Suatu malam, mamahku masuk kekamarku dengan langkah yang sangat pelan. Mendekatiku dan membisikkan ketelingaku.” Sayang angle, malam ini kamu ikut mamah ya, Kita akan pindah rumah ke rumah nenek di dukuh seti Pati, Yuk segera pergi sebelum papah pulang,”  “Tapi kenapa kita pindah mah? “Tanyaku polos dan kulihat jelas muka mamahku yang penuh luka, tangan penuh sayatan dengan mata lebam yang saya yakin karena menangis seharian. “Nanti akan mamah jelaskan ketika sampai rumah nenek, semoga kita nanti  lebih nyaman tinggal dirumah nenek dan kamu bisa melanjutkan sekolah disana.”jawab mamahku sambil menggandeng tanganku pertanda untuk segera bergegas meninggalkan rumah.
-----------------disekolah-------------------------
Ku buka kedua mataku, kuhela nafas panjang dan aku berkata  didepan kelas “Papah,,,,,,,,,,,,Mamahku adalah orang yang sangat kusayangi dan mereka juga sangat sayang kepadaku.” Ujarku mantap dan kemudian kembali duduk ke bangku. “Wah luar biasa....Tepuk tangan untuk Angle,”Ucap bu Guru dan satu kelas pun tepuk tangan dengan meriah. Sedangkan aku? Masih berontak dengan hatiku. “Teddy bear, tunggu ceritaku hari ini ya”desahku.

Tuhan... berikanlah aku semangkuk es krim coklat yang lezat, dan akan kubagi buat mamahku.
(Rosi)

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. AKHIR TAHUN PINJAMAN DI RATE SANGAT RENDAH.
    Halo, aku Mrs. Sandra Ovia, pemberi pinjaman uang pribadi, yang Anda dalam utang? Anda membutuhkan dorongan keuangan? pinjaman untuk mendirikan sebuah bisnis baru, untuk bertemu dengan tagihan Anda, memperluas bisnis Anda di tahun ini dan juga untuk renovasi rumah Anda. Aku memberikan pinjaman untuk lokal, internasional dan juga perusahaan pada tingkat bunga yang sangat rendah dari 2%. Anda dapat menghubungi kami melalui Email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)
    Anda dipersilakan untuk perusahaan pinjaman kami dan kami akan memberikan yang terbaik dari layanan kami.

    BalasHapus