Selasa, 17 April 2018

Sebuah Refleksi Dipagi Hari




Pagi ini, aku ingin bercerita tentang hal yang terberat dalam mendirikan Grow To Give. Iya, yang paling berat menurutku. Bukan tentang dana, bukan tentang jaringan, tapi tentang meyakinkan diriku sendiri. Aku pengen, tapi takut. Aku pengen, tapi ragu. Aku pengen, tapi apa ya mampu?. Aku pengen, tapii... Pokoknya banyak tapinya. ðŸ˜ª . Perasaan itu bercongkol sangat lama dan membuatku berat untuk melangkah.
Terlebih lagi sewaktu benar-benar memulai, aku sempet down karena mendapatkan penolakan dan cibiran dari orang lain.
Namun, setelah melalui banyak proses, aku terpikir. kenapa aku harus berhenti hanya karena orang lain? "No one can stop me" itu yang terus kudengungkan dalam hati. "Nggak ada kata kecepetan atau ketuaan memulai sesuatu. huh! Semangaatttt" aku teguhkan niat dan mulai mengambil langkah-langkah kecil.
Dan seringkali aku nggak nyangka ternyata langkahku sudah sejauh ini. Apalagi melihat semangat anak muda dan perempuan binaan kami. Rasanya semangat ter-charge kembali dan merasa lebih hidup. 

Senin, 16 April 2018

Selalu Ada Yang Pertama

Image may contain: text
every successful entrepreneur was first an amateur


Pagi ini ku jadi teringat dengan ucapan seorang teman kepadaku beberapa tahun silam. 

Waktu itu, aku sekedar mau membuka kunci kantor saja nggak bisa. Kucoba putar-putar kuncinya namun pintu tak kunjung terbuka. Aku panik dan sebel sendiri. Temenku mendekat dan mengambil alih. 'Kreekk' dan pintu berhasil dibuka dengan mudahnya. 

'Kok gampang banget?' Tanyaku protes ðŸ˜‘. 'Selalu ada yang 'pertama' dalam segala hal, Ros' jawabnya. 

Demikian pun dalam berwirausaha, selalu ada yang pertama dalam setiap langkahnya. Mulai dari nggak punya ide bisnis, sampai tahu. Mulai dari nggak tahu bisnis model, sampai tahu.dan begitu seterusnya. 

Pun, demikian aku. Mulai dari nggak ngerti apa-apa tentang bisnis. Tapi mencoba untuk tahu dan terus menggali untuk tahu. Karena aku percaya bahwa menjadi pengusaha bukanlah tentang bakat atau keturunan, namun tentang sebuah usaha dan kerja keras. 


Aku mulai bisnis sosial "Grow To Give (http://www.growtogiveid.org/) juga melalui proses yang sangat panjang. Proses yang paling panjang adalah proses dimana aku meyakinkan diriku sendiri bahwa ini adalah langkah yang akan aku ambil. 

Bimbang? itu pasti. Karena aku bukanlah anak yang terlahir dari keluarga wirausaha. Aku juga bukan berlatar pendidikan yang mengarah kedunia bisnis. Dan aku sudah bertahun-tahun bekerja sebagai pegawai swasta. 

Namun, sebenarnya dari kecil aku suka banget berjualan. Mulai dari berjualan aksesories, jilbab hingga pakaian. yaah.. tapi itu dulu aku lakukan biar punya uang jajan, bukan untuk benar-benar mendapatkan penghasilan utama.

Setelah selesai berproses dengan diriku sendiri dan meyakini bahwa ini adalah jalan yang aku pilih, akhirnya aku mulai belajar tentang bisnis. Aku mengikuti banyak seminar, bertanya kepada teman-teman, mencari mentor dan membaca banyak buku baik PDF maupun print book. 

Gagal? penolakan? itu pasti terjadi, namanya juga amatiran.hehe
Tapi aku menikmati semua proses yang penuh dengan blood and tears ini. 

Aku siap gagal karena aku juga siap menjadi wirausahawan yang sukses. Hip hip!

:)





Minggu, 15 April 2018

Empat Senja Bersama Kawan Merangkul Asa



Senja Pertama Tentang Rencana Aksi dan Kolaborasi


Hai selamat pagi,

Sudah lama sekali rasanya aku nggak nge-blog. Seringkali merasa rindu untuk menulis. Namun, beberapa tahun terakhir, aku lebih memilih untuk menulis dibuku diary.hehe Akhirnya, aku mengukuhkan niat untuk menulis lagi diblog karena aku ingin membagi tentang empat senja yang cukup menggelitik untuk diceritakan.

Dan selamat datang tulisan pertamaku ditahun 2018.

Well.. disini aku akan bercerita tentang perjalananku bersama teman lama selama empat senja di Kota Jogja. Ceileeh.. ihir



Kenalin, temanku, yass! Teman lama bersemi kembali, sebut saja namanya Dito, seorang pria dari Kota Lampung yang usianya 2 tahun diatas usiaku. Aku mengenalnya diawal tahun 2017 lalu disaat kita bersama-sama belajar IELTS di Kampung Pare.


Berawal dari obrolan sederhana sekedar bertegur sapa melalui sosial media, akhirnya kami saling membuat janji untuk bisa saling berjumpa untuk berbagi cerita tentang segala hal yang telah terjadi dan bahkan apa yang akan dimulai.


Senja Pertama. Ku lalui dihari Selasa. Ku kayuh motor maticku menuju jalan Mataram di Kota Jogja, tempat dia tinggal untuk beberapa hari kedepan. Ku lambaikan tanganku menyapanya yang suda menunggu ditepi jalan. Tanpa banyak berdiskusi, kami pun memutuskan untuk menghabiskan senja pertama di Gelato, Iya. Kita ingin menikmati es krim bersama.

Dengan memakai helm yang sudah kusiapkan untuknya, dia mengendarai sepeda motorku penuh hati-hati. Sedangkan aku, sibuk mengarahkan jalan agar tidak salah arah.  Dan tidak lama kemudian, tibalah kami di Gelato di Jalan Kaliurang.

Kali ini, aku memilih perpaduan es krim rasa macha dan buah markisa. Cukup unik ternyata rasanya. Sedang dia memilih rasa kiwi dan dua rasa lainnya yang aku lupa. Hehe Kami memilih duduk dibangku lantai dua sembari memandang padatnya jalanan dikota Jogaj. Dan kami pun mulai saling bercerita.

Aku memulai berbagi cerita terkait perjuanganku yang penuh liku dalam membuat organisasi bernama  "Grow To Give". Lalu, dia menyambung cerita tentang keinginannya membuat platform media online tentang pertambangan yang telah diberinya nama "Ecodex".

Sungguh menarik! aku nggak nyangka kita bisa bicara sejauh ini. Awal 2017 lalu kita masih bicara tentang keinginan kita kuliah diluar negri, nggak nyangka aja kita bisa bicara tentang satu topik yang belum pernah kita singgung sebelumnya ditahun lalu.

Walaupun aku sudah memulai membuat gerakan sosial duluan, namun aku juga banyak belajar darinya. Aku mencoba mendengar dengan hadir penuh seksama. Serunya lagi, kita saling memberikan feedback, sehingga aku pun mendapatkan banyak input. Aku juga ditanyain saran terkait idenya. Aku coba jawab sebisaku dan sengertiku.

Aku lebih banyak bercerita tentang bagaimana Grow To Give dalam menjalankan bisnis yang masih tertatih-tatih mengatur stock. Dan You know, ternyata dia punya pengalaman tentang bisnis empek-empek. Dan pemenuhan stock memang menjadi isu penting dalam bisnis.. Uuuh.. aku rasanya tertampar mendengar ceritanya. “Bener juga ya.. aku musti lebih hati-hati dalam menjalankan bisnis ini” pikirku.

Kami mengakhiri cerita dengan membahas tentang rencana kolaborasi apa yang bisa kita bangun antar organisasi kami, aahaaa ciamik right?

Akhirnya, senja pertama kami, kami tutup dengan angkringan pak petruk dengan wedang ronde andalannya serta sayup-sayup pengamen ciri khas kota Jogja.



Senja KeduaTentang Membuat Langkah Awal.

Siang ini sangat terik, entah kenapa Jogja begitu panas dua hari terakhir. Apakah karena semenjak negara api menyerang?

Tiba-tiba WA-ku berdering, ternyata Dito ingin berkunjung ke Candi Prambanan dan Tebing Breksi. Kutengok jam dan sudah pukul 2 siang. “kamu yakin kita punya cukup waktu untuk berkeliling candi” tuturku penuh ragu. “baiknya besok aja deh, kita berangkat dari pagi” sambungku. Dia pun menyetujui ideku.


Namun percakapan kami tidak berhenti disini. Kami akhirnya kembali membuat janji untuk bertemu dua jam lagi. “Do you love pizza?" tanyaku ."Yes I do” jawabnya. Iya, akhirnya dengan segala pertimbangan, kami memilih bertemu diNanamia Pizza Jogja di Jalan Tirtodipuran. Oiya, Kami pun sepakat  untuk membawa leptop.

Jam 04 sore kami pun bertemu lagi, lalu memilih kursi dan memesan menu. Seru.. Jogja cerah hari ini, sehingga kita bisa menikmati view yang disuguhkan oleh Nanamia Pizza dengan seksama.



Nanamia Pizza menyuguhkan layout yang cukup cozy, namun sayangnya kurang tepat jika harus membuka leptop karena meja yang cukup sempit. Alhasil kami lebih memilih untuk saling bercerita kembali.

Disenja kali ini, kami bercerita kembali tentang gerakan sosial kami. Obrolan kami sangat random namun asyik, karena kami ditemani lilin –lilin kecil yang mulai menyala dimalam hari.

Kami lebih banyak mengobrol tentang modal awal dalam menjalankan organisasi atau bisnis. Kami saling bertukar pandangan tentang mengikut sertakan ide dalam lomba. Juga bagaimana mengakses investor dalam bisnis? Aarrghh seru pokoknya.


Aku juga berbagi informasi terkait adanya co working space yang mulai tumbuh di Indonesia. Juga tentang pergerakan start up yang tumbuh demikian pesatnya. “hmm.. aku jadi pengen nyobain co-working di Jogja ya” ujarku. “yuk , kapan?” imbuhnya.

Malam mulai beranjak semakin malam, dan kami memutuskan untuk saling berpisah dan bertemu dihari esok.


Senja KetigaTentang Personal Branding

Setelah melalui malam, pagi jam 10 aku dan Dito bertemu kembali. Dan Jogja masih begitu panas seperti  hari sebelumnya. Dengan atribut kameraku, kami mengayuh sepeda motor menuju  Candi Prambanan. Yai!! Kami menapaki candi yang sungguh megah ini.


Perjalanan kami seru hari ini, walaupun panas menyayat kulit dan sesekali kami berteduh, namun kami tak lupa untuk berfoto berkali-kali dalam rangka mengabadikan moment diberbagai spot, mulai dari pelataran candi hingga ke taman-taman yang asri. Dan spot yang paling seru adalah berfoto dirumah pohon. Walaupun aku sudah berkali-kali kesini, namun aku baru tahu kalau ada rumah pohon ditaman yang bisa melihat candi prambanan dari jauh.


Setelah puas berfoto dan menikmati Indahnya candi prambanan, kami melanjutkan perjalanan menuju timur untuk mencari kitab suci, eh bukan, mencari makan siang tepatnya.

Akhirnya dengan segala tetesan penuh keringat, perjalanan kami terhenti di salah satu food court didekat pasar prambanan. Menunya ternyata endes juga, apalagi ditambah thai tea ala-ala gitu. Seusai refill energy, kami melanjutkan perjalanan menuju candi Ratu Boko. 


Yass!!

Ini adalah perjalanan keduaku di Candi Ratu Boko. Karena masih jam tiga sore, candi masih cenderung sepi, jadi cukup seru untuk mengambil foto. Bisa banyangin kan kalau orang dimana-dimana? Foto kelihatan nggak bagus alias bocor sana-sini.

Be honest! Kaki mulai berat buat naik tangga. Apa mungkin karena kepanasan selama dijalan ya? Apa karena memang udah jarang jalan kaki? Oh noooo.... :(

Meskipun capek, kami tetep dong jalan mengelilingi candi. Kami akhirnya memilih spot didekat kolam, duduk dibawah pohon. Yas! Berteduh!



Kami ngobrol ngalor ngidul, mulai tentang sejarah lah, gosip artis lah, selebgram lah dan yang lainnya. Namun obrolan kami sempat terhenti karena rombongan saun the sheep mendatangi kami dengan santainya, seolah mereka protes tempat makannya kita pakai duduk.haha

Akhirnya kami geser ke lokasi lain yang lebih adem. Nah.. disini kami bicara banyak tentang strategi branding. Iseng-iseng banget topiknya, tapi malah makin seru buat dibahas. Dikupas makin syiippp. Kita mencoba analisa satu persatu terkait brand yang mulai bermunculan dan viral di instagram. Juga tentang artis yang mendapatkan endorse dari produk tertentu. Sempet-sempetnya dong kita bahas awkarin, eh hahaha.
Lalu, dari diskusi itu, akhirnya aku jadi tertarik gitu buat ngebahas tentang langkah apa yang bisa kubangun buat naikin rate grow to give di social media? Yes.. ini kaitannya konten dan konsistensi tentunya. Juga, tentang bagaimana dengan personal accountku di IG? Brand apa yang ingin aku munculkan? Argh.. seru pokoknya.
Karena jam sudah menunjukkan pukul 05 sore, kami pun memutuskan untuk pulang. Namun, obrolan kami masih berlanjut sepanjang perjalanan. Iya, sepanjang senja pun mulai tenggelam.

Senja Keempat Tentang Mimpi Kuliah di Negara Lain

Rencana untuk mencoba disalah satu co-working space di Jogja akhirnya aku wujudkan. Yas!! aku datang ke Hype Kulture. Tepat jam 09 pagi aku mulai mengendarai motor menuju lokasi yang bertepatan dijalan wahid hasyim. Tempatnya cukup seru juga sebenernya, namun sayang nggak ada AC (huhu). Literally, aku salah pilih tempat,haha  Jogja yang sedang diserang dinegara api, membuatku ingin keluar rumah sekedar nyari tempat yang adem sembari mengerjakan hal dileptop.

Iya, hari ini, lagi-lagi aku janjian sama Dito. Kami sepakat untuk membuat minggu yang produktif. Dan topik hari ini adalah kami membahas tentang belajar IELTS.
Sudah lama sekali aku nggak belajar IELTS ternyata. Aku benar-benar merasa butuh dorongan dari luar agar konsisten dalam menciptakan semangat dari dalam. Dan aku meminta Dito untuk membantuku yang sudah berhasil test IELTS dengan nilai sempurna..ahaaiii.

Dan kegiatan belajar pun kami mulai. Aku sebagai murid dan Dito tentunya sebagai Tutor. Hehe. Dito mengajariku banyak hal tentang semua skills IELTS. Kami sama-sama melihat soal dan mempelajari tricks nya dan mencoba menemukan jawabannya. And you know? I feel so sweat.haha kerasa banget otakku ke push untuk berpikir. Tiba-tiba perut jadi cepet ngerasa laper gitu..hehe

Setelah jam 2 siang, kami memutuskan menyudahi agenda belajar dan melanjutkan perjalanan lagi. Ehhem.. Kami menuju Raminten!!

Raminten adalah tempat yang selalu aku rekomendasikan untuk teman-teman yang berkunjung ke Jogja. Apalagi bagi mereka yang pengen nyobain makanan tradisional. Dan Dito kebetulan belum pernah kesana, jadi ini ide yang aku rasa sangat tepat.

Sesampai diRaminten, kami rela menunggu antrian. Kurang dari setengah jam, akhirnya kami dipanggil dan mendapatkan giliran makan. Yaa.. kami akui sih, jadinya laper mata, soalnya kelaparan booook.. hehe

Lagi dan lagi, sepanjang makan, kami nggak berhenti bercerita. Kali ini, kami banyak bercerita tentang perjalanan wisata kebeberapa daerah di Indonesia. Juga tentang rencana kita untuk membuat sebuah vlog someday.haha Nggak kerasa, tiba-tiba udah sore aja. Senja mulai turun dan tenggelam. Dan kita memutuskan untuk berpisah dan menyampaikan “sampai jumpa”

Itulah empat senja yang kuukir bersama Dito, teman lama yang mampu membuatku yakin kembali untuk meneruskan perjuangan untuk berbisnis dan menuju bangku kuliah. Good Luck untukmu Dito, semoga diberikan kemudahan dalam mencapai segala hal ya.

Oiya, jangan lupa mendoan dari Raminten yang nggak habis tadi, dimakan yaaa !! ahaaii.