Sabtu, 28 Maret 2015

Mengurangi Rasa Nervous Saat Tampil Dimuka Publik




Dalam dunia akademis, istilah presentasi adalah hal yang sangat umum dipraktekkan. Kita diwajibkan untuk menyampaikan isi materi yang ada dimakalah. Didunia seni juga demikian, menampilkan talenta yang kita punyai juga hal mutlak untuk diperlihatkan.  Selain itu, berpartisipasi dalam menyampaikan pendapat atau aspirasi yang kita punya juga sudah sewajarnya kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di zona keluarga, masyarakat maupun sekolah.
Menurut sebagian orang, tampil dimuka umum adalah momok terbesar didalam hidupnya. Apalagi untuk mereka yang belum pernah melakukan sebelumnya. Rasa takut, khawatir, nervous dan panik serasa campur menjadi satu. Gejala yang timbul beberapa menit sebelum tampil pun bermacam-macam. Ada yang mendadak mules alias sakit perut, ada yang gemeteran disertai keringat dingin, dan ada juga yang mendadak sesak nafas. Pernahkah kamu mengalami hal itu guys? Eits..jangan kabur dulu, kita akan mengupas tips jitu untuk mengurangi rasa nervous yang sering kamu alami.
1.      Tarik Nafas Dalam-Dalam Sebanyak 3 Kali
Seringkali ketika kamu akan maju untuk tampil, kamu pasti merasa deg-degan tiada tara. Rasa takut akan semakin terasa ketika menginjak detik-detik terakhir. Disaat kamu merasa demikian, pejamkanlah matamu sejenak lalu tarik nafas sedalam-dalamnya melalui hidung. Rasakan tiap udara yang kamu hirup lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Lakukanlah minimal tiga kali. Bayangkan hal-hal yang positif. Setelah itu, kamu pasti sudah merasa sedikit lebih tenang dan siap tampil.
2.      Buat Catatan Kecil
Biasanya, kamu tidak siap untuk perform dikarenakan kamu kurang menguasai materi dengan baik. Hal ini dikarenakan kamu belum mempersiapkan diri maksimal. Nah, untuk itu pastikan kamu sudah belajar dengan baik. Latihlah berulang-ulang sebelum tampil agar lebih professional. Setelah itu, buatlah catatan-catatan kecil untuk kamu pelajari kembali sebelum tampil dimuka publik.  Ini akan memudahkan kamu untuk sekedar mengingat-ingat materi yang sudah kamu pelajari selama ini. Dengan kamu lebih siap materi, kamu juga akan lebih siap menunjukkan kemampuanmu.
3.      Jangan Tatap Mata Audience
Ketika sudah maju kedepan, sorotan mata audience acapkali menghantui kamu, serasa menyeramkan dan kamu jadi ingin kabur dari panggung. Banyak sepasang mata yang melihatmu dengan seksama dan menanti performance kamu. Dengan kamu fokus melihat mereka, rasa nervous kamu akan semakin menjadi-jadi. Parahnya lagi materi yang sudah kamu hafal selama ini akan jadi kabur satu persatu dari ingatan kamu bagaikan ditiup angin badai. Hehe
Sangat tidak disarankan menatap mereka dalam-dalam. Jangan sesekali melihat mata mereka. Tapi jangan juga menghindari mata mereka. Kamu bisa mengalihkan pandangan dengan cara menatap kening mereka. Jadi kamu akan tampak seolah-olah tetap menatap mereka. Tatapan matamu pun pastikan tidak tertuju di satu arah saja, lihatlah seluruh audience secara acak.
4.      Lihatlah Foto Orang Yang Kamu Sayang
Ayo check Hp kamu. Bukalah galeri foto dan segera pandangilah foto orang yang kamu sayang. Lihatlah dengan seksama, betapa mereka selalu mendukung setiap langkah yang kamu ambil. Tanamkan dalam hati bahwa kamu akan melakukan yang terbaik dan jangan sampai mengecewakan mereka. Setelah itu, tutup Hp kamu dan tersenyumlah dengan senyum yang paling manis.
5.      Ingatlah Tentang Mimpi Besarmu
Orang bisa sukses terlahir dari mimpi yang ia bangun setiap harinya.Memupuk keinginan dengan kegiatan yang seirama akan semakin memudahkanmu mencapai hal yang kamu inginkan. Salah satunya adalah dengan  melatih diri tampil dimuka umum. Sesuatu yang serasa sulit kini harus kamu jalani. Maka ingatlah mimpi besar yang sudah kamu ukir selama ini. Ingatlah perjuangan-perjuangan yang sudah kamu lakukan selama ini. Apakah kamu mau gagal hanya karena kesempatan ini kamu lewatkan?Tidak kan? Nah, maka dari itu guys, jadikanlah moment ini adalah pembuktian bahwa kamu mampu.
6.      Berdoa Meminta Kekuatan
Well, sebelum memulai performance, mintalah kekuatan dengan cara berdo’a. Jadi kamu akan merasa lebih tenang karena merasakan ada energi positif yang mengalir dialiran darahmu. Yakinlah kalau kamu mampu menjalani semua ini. Seluruh persiapan yang sudah kamu lakukan selama ini pasti bisa kamu buktikan. Cayo!


Jurus Menakhlukkan Hati Ibu Calon Mertua

Kami menyakini bahwa ketika orang menjalin tali kasih pastinya ingin menuju ke jenjang yang lebih serius, yaitu ke pelaminan. Namun acapkali ada saja kendala, salah satunya adalah tidak mendapatkan restu dari orang tua. Pernahkah kamu mengalaminya? Pasti sangat menyedihkan tatkala harus putus dengan pacar lantaran alasan orang tua yang tidak setuju. Terlebih lagi kalau kamu  sudah terlanjung sayang dengan sang pacar. Duh, nggak kebayang deh galaunya kayak apa,hehe.

Biasanya, antara Ayah dan ibu yang paling bawel masalah jodoh adalah sosok ibu. Sepakat? Sosok ayah biasanya cenderung netral dan tidak terlalu mencampuri.Hal ini berbeda dengan Ibu, beliau cenderung suka bertanya banyak hal dan ingin ikut serta memilihkan jodoh terbaik untuk anak tercintanya. Nah, kamu jangan kuatir guys, disini kami akan membahas cara jitu untuk menakhlukkan hati calon mertua terutama untuk ibu.

1.       Jangan Dandan Berlebihan
Ketika kamu diajak ke rumah calon mertua. Pastikan kamu berdandan semaksimal mungkin. Pakailah pakaian yang sesuai dengan tema acara. Ingat,santai saja dan jangan terlalu terlihat formal. Kalau perlu pergilah ke salon sebelum bertemu agar memastikan penampilan kamu dibawah penanganan yang tepat.
Dandan cantik/ ganteng bukan berarti dandan menor lho guys. Berhiaslah sewajarnya sesuaikan dengan kepribadian kamu. Jangan sampai kamu mengenakan sesuatu yang membuatmu merasa tidak nyaman. Be your best self. Okay!

2.      Banyak Tersenyum
Langkah awal untuk memikat hati sang calon Ibu Mertua adalah dengan selalu tersenyum. Anggukkan kepala  pertanda kamu menaruh hormat kepadamu. Kalau perlu, ciumlah kedua tangannya. Dengan kamu banyak tersenyum, kamu akan tampak selalu ceria dan memberikan keteduhan hati. Walaupun kamu dalam masalah yang rumit dalam hidupmu, kamu tidak perlu menunjukkan kesedihanmu didepannya. Karena mereka pasti akan ikut kepikiran dan menjadikannya beban. Cukup kamu ceritakan ke pasanganmu saja  dan diskusikanlah berdua.

3.      Jadi Pendengar Yang Baik
“Anakku tu suka banget sepak bola, dulu waktu kecil pernah bolos ngaji karena hanya ingin nonton sepak bola dikampung sebelah, Ibu sampai marah-marah waktu itu., bagaiman tidak,? Dia pulang sampai magrib”
Begitulah rumpinya ibu-ibu ketika sedang menceritakan anaknya. Ada saja yang dibahas. Nah,biasanya sosok ibu adalah sosok yang suka bercerita. Sekali dipancing cerita, Beliau akan menjelaskannya panjang lebar.Kamu bisa memainkan peranmu disini guys, yaitu dengan selalu menjadi pendengar yang baik.
Karena beliau akan tersinggung jika sedang asyik bercerita namun kamu tidak respect. Jadi, sebosan apapun kamu mendengar ceritanya yang mungkin sudah diulang-ulang lebih dari tiga kali, tetaplah dengarkan. Tunjukkan muka antusiasmu ketika mendegarkan cerita. Responlah sebaik mungkin. Namun jangan sekali-kali kamu tampak menggurui ketika memberikan saran.

4.      Pergi ke Salon Bersama
Sesekali ajaklah ibu pergi kesalon langgananmu. Berilah perhatian khusus ke setiap keriput yang baru muncul dimuka ibu calon mertuamu. Atau belikanlah make up yang sesuai untuknya. Modal sedikit nggak papa lah ya. Dengan demikian beliau pasti akan tergila-gila padamu dan restu untuk menikahi anaknya akan mudah kamu dapatkan. Karena beliau merasa sangat diperhatian oleh calon menantunya.

5.      Masaklah Untuknya

Kalau setiap kali kamu datang ke rumah calon mertuamu dengan membeli kue ditoko. Cobalah kamu mencoba membawa hasil masakanmu sendiri.Lalu mintalah pendapat beliau. Tapi jangan tersinggung ya kalau menurutnya masih kurang enak. Justru kamu bisa belajar masak bersama beliau setelahnya. Kamu akan belajar memahami selera makan mereka. Karena cinta kasih seorang perempuan akan muncul dari hasil masakan lho guys. Dengan kamu mempelajari selera mereka, secara tidak langsung kamu akan pelan-pelan menyelami untuk masuk kekehidupan mereka.

6.      Agendakan liburan Bersama
Seringkali sepasang kekasih selalu sibuk merencanakan mengisi waktu liburan untuk pergi berlibur berdua. Nah, mulai sekarang cobalah libatkan orang tuamu dan calon mertuamu. Ajaklah mereka berlibur bersama. Selain ini bisa menjadi obat atas kepenatan rutunitas sehari-hari, ini juga bisa menjadi moment untuk mempersatukan antara dua keluarga. Dengan kalian menghabiskan waktu bersama-sama, kalian akan lebih saling mengenal dan memahami karakter masing-masing individu.

7.      Berikan Hadiah Kecil Untuk Adik-Adik Pacarmu

Jurus jitu yang terakhir adalah dengan memperhatikan adik-adik pasanganmu. Bawalah hadiah-hadiah kecil untuk mereka. Bantulah mereka mengerjakan tugas sekolah. Ajak mereka bermain. Pasti nanti hati calon mertuamu akan leleh seketika. Beliau akan merasa betapa sayangnya kamu dengan seluruh isi keluarganya.

Datang ke Kondangan Sang Mantan? Siapa Takut?



Apa jadinya, jika suatu hari kamu mendapatkan undangan pernikahan sang mantan? Terkejut? pasti! Bingung? Iya juga! Dibenak kamu pasti terbesit “Hmm..datang nggak ya? Nggak usah aja kali ya”
Mendengar kabar kalau mantan pacar akan menikah terkadang membuat kamu menjadi kelimpungan. Apalagi kalau kamu diundang untuk datang ke acara pernikahannya, kebayang kan betapa dilemanya hatimu? Sebagian orang, jika diundang oleh sang mantan lebih memilih untuk tidak datang dengan berbagai alasan. Ada yang tidak datang karena tidak mau berhubungan dengan masa lalu atau bisa dibilang masih ada rasa cenat cenut dalam hati alias masih ada rasa sayang yang tertinggal. Ada juga yang tidak datang karena belum punya pacar baru pasca putus sama sang mantan.

Nah guys, dalam artikel ini kita akan membahas tentang tips cantik untuk datang ke  kondangan sang Mantan. Bagaimanapun juga, mantan adalah mantan.  Apalagi sudah ada janur kuning melengkung, jadi tidak  mungkin kan balikan lagi. Udah deh, sekarang waktunya berhenti berharap. Alangkah lebih baik nya kamu tetap datang dan menikmati setiap acara yang disajikan. Anggap saja ini adalah obat yang paling bagus untuk move on dan siap menghadapi kenyataan.

1.       Datang lebih awal
Sebelum datang ke kondangan, pastikan tanggal dan jam perhelatan.  Lalu datanglah seawal mungkin. Pilihlah tempat duduk yang sebisa mungkin bisa melihat sang mantan dengan jelas. Mungkin ini terdengar menyeramkan. Tapi ini akan lebih baik, karena dengan melihat sepasang pengantin didepan kamu akan lebih rela melepas sang mantan. Selain itu,  sang mantan juga akan syok melihatmu duduk manis tanpa beban. Bisa jadi akan timbul rasa bertanya-tanya “Bagaimana bisa dia setegar itu?”.

2.      Pasang senyum semanis
Masih ingat bagaimana caramu dulu mengikat hati sang mantan yang waktu itu masih sebagai pacarmu? Tak ada jawaban selain senyumanmu yang selalu tampak manis. Dengan tersenyum manis membuat pasanganmu jadi tergila-gila padamu. Nah, tidak ada salahnya jika kamu terus memasang senyum manis mu dihadapanmu. Jangan sampai kamu tampak murung apalagi sedih sampai menitikkan air mata. Stay Cool and enjoy the party. 
Tapi jangan sampai kamu berfikiran dia akan terpikat denganmu kembali. Lalu sang mantan turun dari panggung pelaminan dan meraih tanganmu kemudian meminta maaf kepadamu dan mengajakmu menikah. Ketahuilah, itu hanya ada disinetron! Kamu harus tetap menelan fakta bahwa kalian tidak lebih dari seorang teman.

3.      Say Hello To Mantan Calon Mertua.
“Hi tante, om..Apa kabar? (ini lho, aku yang dulu hampir jadi menantumu).
Menyapa sosok orang tua sang mantan yang dulu kita anggap sebagai orang tua kamu sendiri memang bukanlah perkara mudah. Apalagi kalau kamu ingat momentum-momentum bahagia ketika berkumpul dengan mereka. Canda tawa serta guyonan perihal masa depan pasti sudah sempat dibahas. Terlebih lagi melihat adik-adiknya sang mantan yang lucu dan menggemaskan. Tapi, dengan kamu memberanikan diri menyapanya, kamu akan lebih lebih terlihat sebagai sosok yang dewasa dan tegar. Disisi lain, bisa jadi sang mantan calon mertua masih sayang juga sama kamu. Dan merasa rugi tidak jadi mendapatkan menantu sepertimu.

4.      Ajak Gebetan
Untuk kamu yang dapat undangan ke kondangan namun kamu sendiri belum punya pacar baru, janganlah risau dan gundah gulana. Sangat disarankan untuk tidak menghadiri kondangan sendirian. Kalau kamu memang belum punya gebetan, ajaklah saudara, teman atau siapapun yang lain jenis yang tampak ideal sebagai pacarmu. Dengan seperti itu, kamu akan tampak sudah bisa move on sebagaimana yang dilakukan oleh sang mantan. Ajaklah partnermu ngobrol dan bercanda berdua sewaktu acara. Diam-diam sang mantan pasti acapkali memperhatikanmu. Bisa jadi dia akan merasa sedikit cemburu melihat betapa harmonisnya kalian. Disamping itu, dia juga akan merasa lega karena sudah bisa melihatmu bahagia bersama pasangan yang baru.

5.      Dandan Semaksimal Mungkin
Langkah pertama sebelum berangkat kondangan adalah pilihlah baju yang terbaik yang kamu punya. Luangkan waktu untuk merias diri. Jika kamu cowok, buatlah diri kamu  lebih gagah, tampan dan keren. Dan jika kamu cewek, tampil cantik nan elegan itu sebuah kewajiban.  Selain itu, buatlah kesan yang memikat banyak mata dan mempesona. Namun, jangan dandan terlalu menor.
Dengan tampil maksimal dan beda dari biasanya akan membuat kamu jadi pusat perhatian. Terlebih buat mata mantan kamu, dia akan kaget dengan penampilan barumu. “Dia kok bisa seganteng/ secantik itu ya? , duh”. Kira-kira begitulah yang dipikirkannya.

6.      Nyumbang Lagu Kenangan.
Dalam acara kondangan, dipastikan akan ada tim music yang memeriahkan suasana. Gunakanlah moment itu sebaik mungkin. Raihlah mikrophon dan nyanyikanlah satu buah tembang yang akan mengenang kisah kalian berdua dulu, yaitu lagu yang sering kalian nyanyikan bersama-sama. Tidak usah kuatir dengan nadamu yang terdengar fals. Yang terpenting adalah pesan dari isi lagu yang mampu mengoyak-oyak hati sang mantan dan siapapun yang mendengarnya.

7.      Foto Bersama
Berfoto bersama pengantin juga tidak boleh terlewat. Tetap pasang muka setegar mungkin. Bersandinglah dengan pasangan mantan kamu. Jangan berdiri tepat disamping mantan kamu. Karena dikhawatirkan hati kamu akan berdegup sangat kencang yang tidak tertahan. Kalau tiba-tiba kamu pingsan gimana, bahaya kan?
Lalu, apasih gunanya berfoto bersama? Penting banget guys. Kamu tidak perlu menyimpan hasil fotonya kok. Biarkan sang mantan mu yang punya file nya.Beruntung lagi kalau foto tersebut dicetak dan masuk ke album foto pernikahannya. Kebayang kan? Bagaimanaperasaan mantan kamu melihat foto kamu ada disana. Jleb banget pastinya.

8.      Bawa Kado Yang Berkesan
Melupakan sang mantan memang nggak mudah, terlebih lagi kalau kamu masih sering mengenakan atau menjumpai barang-barang pemberiannya dikamar. Moment pemberian hadiah dihari pernikahan adalah hal yang musti kamu tunggu-tunggu. Kamu bisa membungkus kembali barang-barang tersebut sebagai kado. Selain ini adalah cara yang jitu untuk melupakan segala kenangan tentangnya, tapi juga cara untuk memberi tahu kepadanya bahwa kamu ingin menghapus segala memori tentangnya. Nusuk banget ya?

9.      Update di Social Media
Sebagai wujud ketegaranmu akan pernikahan sang mantan, bisa kamu wujudkan dengan mengupdate status disosial mediamu. Tulislah ucapan menempuh hidup baru semanis mungkin. Jangan lupa panjatkan doa kelanggengan untuk mereka berdua. Agar kamu semakin legowo bahwa kalian sudah tidak boleh salng berharap. Selain itu, kamu juga boleh berdoa untuk dirimu sendiri supaya kamu cepat menyusul ke pelaminan.


Kamis, 19 Maret 2015

Seperti Hati Yang Tak Lagi Bertuan

Dewi merangkak pelan menuju kaca yang usang. Sudah lama ia tidak menyentuhnya. Rambutnya dibiarkan terurai tanpa ada riasan yang dulu biasanya ia sematkan. Wajahnya pucat polos dengan semburat sendu yang terlihat jelas dikedua kantung matanya. Dibersihkannya kaca usang  dengan sisa tisu yang sudah mengering oleh tangisan air dari pelupuk mata. Betapa  terkejutnya ia. Hampir ia tidak mengenali dirinya sendiri. Bagian tubuhnya terasa  kering. Di elus pipinya, matanya, bibirnya sendiri seolah meraba kejadian demi kejadian yang membuatnya merasa perih. Hitam pekat. Mana mukanya dulu yang merona dan penuh ceria? Tanyanya sendiri dalam hati sembari mengingat kejadian kala itu.
Dewi adalah sosok gadis periang yang suka segala sesuatu yang bernuansa humor.  Ia suka bereletuk lucu ketika sedang berkumpul dengan teman-temannya. Ia juga sering menuangkan ide-ide segar dan kreatif. Ia selalu menjadi sosok yang dirindukan kehadirannya oleh siapapun yang mengenalnya.
Hidupnya tiba-tiba berubah drastis semenjak ia mulai mengenal lelaki , sebut saja Joo.  Joo adalah pria tampan, religious dan pintar dengan segudang prestasi dibidang akademik. Ia  jatuh hati dengan pria yang baru dikenalnya itu. Joo tidak butuh waktu lama untuk menakhlukkan hatinya.
Dewi dan Joo pertama kali bertemu di salah satu acara remaja dipusat kota. Waktu itu, Dewi berkesempatan untuk presentasi didepan forum. Ia menyampaikan dengan gaya yang berbeda sehinga sempat membuat peserta tertawa dengan banyolan yang dilontarkannya. Sebagai peserta, Joo memperhatikannya dengan seksama. Sepertinya Joo langsung terkesima dengan gadis ini. Seusai presentasi, Dewi langsung kembali duduk dibangkunya dan mendapati sosok lelaki yang tersenyum manis di ujung kursi dibarisannya. Dewi pun membalasnya dengan senyuman yang menyungging dari bibirnya. Semuanya hadir begitu saja. Tanpa bah bih buh, Joo mengajaknya berkenalan dengan sederhana  setelah acara selesai.
Pertemuan kedua kembali terjadi disalah satu forum diskusi tanpa sengaja. Kala itu, mereka berkesempatan tergabung dalam satu kelompok yang sama. Mereka saling bertukar fikiran, pendapat serta gagasan. Tanpa bosan, mereka saling melempar senyuman. Sampai akhirnya, Joo pun menyampaikan maksudnya untuk mengunjungi Dewi diluar forum.
Suatu hari, mereka bertemu setelah saling janjian sebelumnya. Inilah masa  dimana mereka benar-benar saling berkenalan. Dewi dengan riangnya menceritakan apapun yang ditanyakan oleh Joo, begitupula Joo yang menceritakan tentang kehidupannya.  Mereka  menghabiskan hari itu bersama-sama.  Obrolan mengalir tanpa henti seolah mereka hanyut dalam cerita tanpa sadar bahwa waktu sudah larut malam. Mereka berpisah dengan membuat janji untuk pertemuan selanjutnya.
Pertemuan selanjutnya pun terjadi. Joo mulai bercerita tentang hobinya dalam dunia seni terutama dunia pewayangan. Ia bercerita kalau ia pernah membuat pementasan yang spektakuler. Spontan hal ini membuat Dewi terperangah. Bagaimana tidak? Dewi adalah pecinta seni. Dia juga sering melakonkan berbagai peran diberbagai pementasan. Dengan seksama ia mendengarkan cerita yang dilantunkan oleh Joo. Ia terbius dengan alur pengalaman Joo. Dengan gaya yang santai nan humoris, Joo bercerita sampai berbusa-busa. Gelak tawa serta canda tak dapat dielakkan ketika Joo mengajak dewi membaca dialog dan memainkan sepenggal peran. Bak rama dan sinta yang sedang merangkai kisah bersama. Mulai saat itu, mulailah timbul rasa yang aneh dalam hati Dewi. Entah apa ini namanya, apakah hanya sebatas kagum, suka atau  cinta? Sungguh pergolakan batin yang susah dibedakan.
Malam-malam Dewi terasa lebih panjang dari  biasanya. Sindrom insomnia sempat menerpanya karena sosok Joo yang selalu hadir lamunannya. Ia sering senyum-senyum sendiri mengingat banyolan-banyolan yang dibuat oleh Joo. Ia  lihat mukanya sendiri di kaca kamarnya. Merah merekah seperti buah yang ranum yang siap untuk disadap. Disisirnya rambut dengan perlahan agar tampil manis dengan sedikit manja. Bagaimana dengan Joo? Ia juga tak sabar menanti hari esok.
Gejolak rasa yang tak mampu dibendung lagi, tanpa undangan pun Joo sudah berdiri didepan rumah Dewi. Dengan menggegam tangan sangat erat Dewi, Joo mengajaknya untuk sekedar bersepeda menikmati indahnya senja disore hari.  Mereka duduk menghadap ke anak sungai ditepian sawah yang hijau bak permadani. Mengobrol tentang alam yang dilihatnya sore itu. Indah nian awan diatas sana. Begitu biru dan berjajar membentang harmonis dilangit. Joo mulai memandang Dewi dengan tangan yang dibiarkan memegang pipi Dewi. Dewi pun menyadarinya. Segumpal perasaan yang tidak ia mengerti terasa pecah dan mengalir panas ditubuh mereka berdua. Lalu, kedua bibir mereka saling bertemu.
“Tidak!!” Teriak Dewi secara histeris mengingat kejadian itu sembari menerkam kepalanya sendiri dan mendapatinya masih termenung didepan kaca usang yang dibelainya sedari tadi. Teriakan dramatis yang membangunkan dedaunan kering yang sibuk jatuh diteras rumah dari pohon beringin yang usianya tidak muda lagi. Lagi-lagi ia merintih, tertawa, kemudian mengeram. Dengan suara yang semakin lirih.
Sebenarnya, ia tidak pernah menyesalinya. Sepenggal kisah bersama lelaki itu cukup memberikan makna baginya. Walaupun sementara. Hanya saja ia tak rela kenapa ini terjadi. Ia merasa seharusnya ia tidak perlu mengenalnya. Tidak perlu ada pertemuan-pertemuan itu. Buat apa ada janji yang menguap. Semuanya terasa singkat dan fana. Lantas, berpisah begitu saja. Hanya punggung Joo yang akan ia ingat ketika lari meninggalkannya tanpa kabar berita.
Mulai dikerahkan seluruh energi dalam kepalan tangannya yang sudah mulai dingin. Diraihnya sisir untuk menata rambutnya dengan pelan. Dihembuskannya nafas panjang bernada tegar. Kini ia berjanji hatinya dianggapnya tidak bertuan. Karena tuannya tidak akan pernah paham. 

By : Gadis pemburu Pelangi
pic : mankovic16.wordpress.com

Rabu, 18 Maret 2015

Pahitnya Pantai Garam



            Siang ini begitu terik. Pasir-pasir mulai terasa panas ditelapak kaki. Kulit terbakar sinar matahari. Kemilau putih tumpukan garam yang sudah siap jual mulai menyilaukan mata. Desir ombak pun menggulung  dengan beratnya seolah menolak menguap dilangit. Terlihat beberapa anak kecil bermain air ditepian pantai, mencari kerang-kerang atau bahkan bermain istana pasir yang selalu dihantam ombak dengan meriahnya. Tidak tampak satupun nelayan yang sibuk merajut jala-jala siang ini. Semua tatapan mereka tertuju pada rumahku.
            Bendera-bendera kuning mulai menghiasi halaman rumah dan sepanjang jalan menuju rumahku.  Tampak ibu-ibu mulai berbondong-bondong membawa beras dan segala bentuk sumbangan yang ditempatkan suatu wadah semacam baskom. Tenda-tenda mulai didirikan secara gotong royong. Keluarga jauhku pun mulai sibuk berdatangan sekadar ikut berbela sungkawa. Suasana haru mulai pecah semenjak ayahku benar-benar dinyatakan meninggal oleh petugas puskesmas terdekat jam 10 pagi tadi.
            Lihatlah ibuku meronta-ronta dan menangis tiada henti. Digoyang-goyangkan tubuh ayahku, seolah meminta nyawanya kembali dan berharap matanya kembali terbuka dan tersenyum bahagia. Takada satupun yang bisa menenangkan teriakan ibukku yang memekakkan telinga. Guratan mata penuh pilu tampak begitu jelas di muka ibuku yang menangis tiada henti sejak malam lalu. Bak film india yang biasa kami tonton bersama, ibukku memandangi muka ayahku  yang pucat pasi  dengan penuh seksama dan membelai lembut dengan mesranya. Mulai saat itu, aku baru sadar ternyata sedemikian besar cinta ibukku terhadap ayahku.
            Sedangkan aku, hanya mampu berdiri didaun pintu tanpa tahu ekpresi apa yang harus kumunculkan dimukaku. Menyaksikan tubuh ayahku yang sudah terbujur kaku dan bisu. Ditambah adegan dramatis ibukku yang tidak satupun mampu menolong dan beberapa kerabat yang entah benar-benar sedih atau sekadar pura-pura kehilangan. Fenomena mengharukan yang belum pernah aku saksikan sebelumnya.
                        Aku adalah anak perempuan tunggal dari orang tuaku. Sebenarnya dulu aku hampir punya adik. Tapi ternyata ibukku memilih menggugurkan kandungan diusia 2 minggu tanpa ada satupun tetangga yang tahu. Ibuku bilang  akan celaka jika siapapun tahu, katanya. Ibuku juga bilang bahwa bayi dalam kandungannya menderita penyakit yang tidak akan sembuh dan akan membuka aib keluarga. Aku hanya miris pura-pura paham apa yang dijelaskan. Semenjak saat itu, aku sering melihat ibu datang ke dukun untuk dipijat perut nya. Dan akhirnya, kandungan itu benar-benar luruh. Masih tanda tanya besar dalam benakku. Sebenarnya apa yang terjadi? Hingga akhirnya aku benar-benar tahu apa yang terjadi.
            Setiap hari aku dilatih untuk bekerja keras membantu orang tuaku dipasar pelelangan ikan, sebutlah TPI (tempat pelelangan ikan), yaitu pasar ikan terbesar di Kotaku. Tidak ada yang mampu menandingi kualitas ikan dipasar ini. Setiap dini hari para nelayan pulang melaut dengan membawa ikan-ikan segar. Aroma amis dan darah ikan yang segar sangat menarik para pembeli. Tawar menawar harga terdengar disana-sini. Ayah ibuku tentu tidak kalah sibuk. Ayahku yang baru turun dari kapal segera diserbu oleh para pengepul ikan. Ibuku dengan antusias membatu proses transaksi tawar menawar itu dan mengambil beberapa drum ikan untuk dijual harga eceran. Kombinasi kerja yang unik ini dilakoni mulai dari mereka terikat bahtera pernikahan. Namun, kebahagiaan ini mulai terenggut sepuluh tahun terakhir, hingga akhirnya ayahku benar-benar terbujur kaku didepanku.
            Issue tentang ayahku yang sakit keras dan meninggal sudah tersebar diseluruh penjuru kampungku. Do'a surah yasiin mulai digemakan oleh para pelayat. Aku hanyut dalam lamunanku sendiri.Terdengar bisik-bisik para pelayat didekatku. Ada beberapa orang yang menanyakan kenapa ayahku meninggal. Sakit apa yang dideritanya bertahun-tahun. Dan kenapa ada beberapa tetangga yang tidak bersedia memandikan jenazah ayahku. Issue berkembang siang ini, yang lebih parahnya lagi, ada yang mengatakan bahwa ayahku sakit karena guna-guna dan akan celaka bagi yang memandikannya. Hal ini sontak membuatku kupingku panas, tak kuasa menahan haru. Jantungku berdetak lebih kencang tak tentu. Pikiranku pecah. Lalu, aku memutuskan menerobos para pelayat. Aku berlari menuju pantai.
            Berkecamuk rasanya. Aku teriak sekuat-kuatnya tanpa memperdulikan orang disampingku. Tubuhku terjerembah jatuh ke pasir. Aku menangis dalam tawaku. Derai air mata tak mampu ku elakkan lagi. Mengucur deras di pipi kanan dan kiriku. Hening, angin semilir, ombak pecah meneriakiku. Ku pandangi pantai garam siang ini. Pantai garam yang selalu diagung-agungkan dengan kekayaan alam yang melimpah. Tapi apa itu benar? Aku berteriak protes dengan gundukan garam-garam  yang kusalahkan. Dari pantai inilah kisah tragis ayahku terukir. Aku terbenam dalam tangisku. Aku tertawa dalam kegilaanku. Aku puas, melihat ayahku tidak akan pernah menderita lagi.
            Ayahku sakit selama 10 tahun terakhir. Berbagai macam penyakit dideritanya. Nenekku bilang, ayahku sakit karena diguna-guna. Mulai saat itu, ibuku selalu mengajakku untuk mengobatkan ayahku ke dukun yang terhebat didesaku. Dengan membawa satu bungkus rokok, 1 kg Gula, kopi dan roti untuk membayar jasa dukun, ibuku mendapatkan obat berupa daun-daunan yang harus direbus untuk diminum ayahku. Tapi sayangnya, ayahku masih belum bisa sembuh. Beralihlah ibuku ke dukun satu sampai ke dukun yang sangat jauh sekalipun, hingga begitu seterusnya. Banyak ritual yang sudah dilakukan ayahku. Mulai dari berendam ke pantai selama dua jam di pantai tiap malam jum'at, mandi bunga tujuh rupa, menusukkan jarum ke tubuhnya, disembur air dari mulut dukun, menaruh sesajen di perempatan jalan, makan nasi berlauk garam. Dan masih banyak ritual yang mengerikan lainnya. Kegilaan ini, masih belum membuat ayahku sembuh. Semakin hari ayahku tampak pucat menahan sakit, badan semakin kurus dan tatapan mata kosong seolah sudah tidak mampu menjalankan ritual yang menyiksa.
            Tiap hari ayahku berkeringat dingin, menahan sakit kepala, diare, sulit bernafas dan kulit kering. Ayahku sudah tidak mampu melakukan aktivitas apapun Kurawat ayahku tanpa ku mengerti jenis penyakitnya. Ku basuh tubuhnya dengan air hangat sebelum dan sesudah berangkat sekolah. Ritual demi ritual dilakukan oleh ayahku setiap hari. Didesaku memang belum percaya dengan dokter. Karena pernah suatu ketika ada seorang anak yang sedang demam diperiksakan ke dokter, tapi meninggal dunia setelah sampai rumah. Banyak yang mengatakan bahwa dokter adalah pembohong, demikian ibukku bercerita. Meskipun saya belum paham, tapi ada yang ganjil dibenakku.
            Berita tentang ayahku yang sakit keras terdengar sampai ke telinga pamanku. Pagi-pagi buta, tiba-tiba pamanku yang kerja di salah satu perusahaan di Jakarta itu sudah ada didepan pintu rumahku. Pamanku tampak lebih tampan dari sebelumnya sekitar 5 tahun yang lalu. Ibu dan pamanku saling berpelukan. Pamanku juga mendatangiku dan mengacak-acak rambutku dengan penuh senyuman hangat. Setelah itu, pamanku mendatangi ayahku dan menatapnya dengan miris. Dielusnya kening ayahku dengan lembut, disentuh kedua tangan ayahku serasa menguatkan untuk hidup lebih lama.
Dan ibuku hanya berdiri didekat pamanku dengan berderai air mata.
            Kedatangan pamanku ternyata memberikan energy baru untuk keluargaku. Dengan penuh hati-hati pamanku menyarankan untuk merawat ayahku dirumah sakit. Setelah perdebatan yang panjang, akhirnya ibuku pun menyetujuinya. Sore itu, ayahku langsung dibawa kerumah sakit dikota. Setelah menyelesaikan urusan administrasi, ayahku dibaringkan dikamar rumah sakit. Kata pamanku, kita harus menunggu hasil laboratorium.
            Keesokan harinya, hasil laboratorium pun keluar. Pamanku terlihat sangat kaget melihat hasilnya. Tertulis kata “AIDS” dilembaran kertas itu. Setelah berdikusi dengan dokter, pamanku mencoba menjelaskan jenis penyakit ayahku ke aku dan ibuku. Dan ayahku dirujuk oleh dokter untuk dirawat di rumah sakit di provinsi dengan fasilitas yang lebih lengkap. Tanpa panjang lebar, pamanku langsung mengiyakan rujukan itu.
            Suatu malam, kudengar bisik-bisik percakapan antara ibu dan pamanku. Ibuku dengan tangis yang tidak tertolong belum bisa menerima fakta bahwa ayahku menderita AIDS karena selingkuh dengan beberapa wanita. Pamanku pun menyarankan ibuku untuk memeriksakan diri, karena khawatir ikut tertular virus yang mengerikan itu. Kucoba pahami kata demi kata yang dikeluarkan dari mulut pamanku. Aku terbenam dalam kesedihan yang sangat dalam. Memoriku tentang malam-malam sebelumnya seolah-olah kuputar ulang dalam otakku.     
Masih ku ingat, malam itu. Ketika aku masih berusia 10 tahun. Ku lihat ayahku keluar rumah ketika ibu sedang merawat nenek yang sedang sakit di desa seberang. Karena aku penasaran, ku buntuti ayahku sampai ujung gang. Yang kulihat adalah ayahku sedang menggoda seorang wanita yang tidak kukenal. Kejadian serupa ternyata terjadi setiap malam. Gemetar seluruh tubuhku dan berusaha menyimpan rahasia besar ini dari ibuku.
Begitulah kebiasaan kumpulan para nelayan dikampung kami. Setelah pulang melaut, mereka berkumpul bersama untuk bermain judi, minum minuman keras bahkan sampai menghabiskan malam mereka dengan  bermain cinta dengan perempuan lain. Dan sekarang aku baru tahu, itulah yang membuat ayahku menderita seperti ini. Dan penyakit ayahku, bukanlah penyakit kutukan.
Setelah lebih dari dua bulan ayahku dirawat dirumah sakit, pamanku memutuskan untuk membawa ayahku dirawat dirumah, karena biaya rumah sakit yang sudah tidak mampu ditanggung lagi. Ayahku sekarat dimasa tuanya. Dan ibuku, positif terinfeksi virus HIV, karena ayahku.
                                                ---“---
Deru ombak menggeliat dengan kerasnya, menghatam bebatuan dipinggir pantai. Ku buka mataku. Kulihat terik matahari siang ini. Kulangkahkan kakiku dengan gontai. Ku remas pasir panas dengan jari-jari kakiku. Tawaku semakin tidak tertahan. Aku gila di pahitnya pantai Garam.






           


           

           


Selasa, 17 Maret 2015

Untuk Aku, Kau dan Kisah Tanpa Judul.




Aku masih ingat bagaimana awal kita berjumpa. Kita belajar dikampus yang sama. Walaupun kita dari fakultas yang berbeda, tidak sulit bagi kita untuk saling bertemu. Waktu itu,  kita sama-sama bergabung dalam organisasi dikampus. Kecintaan kita dalam bidang tulis-menulis membuat kita selalu sibuk untuk saling berbagi ilmu dan berdiskusi. Suatu ketika kita pernah mendapatkan tugas yang sama, yaitu meliput salah satu tokoh terkenal dikota ini. Kamipun berangkat bersama-sama, dan itupun dengan teman-teman yang lain juga tentunya.
Tugas demi tugas hampir kita lakukan bersama-sama. Intensitas percakapan kita pun semakin sering setiap harinya. Banyak hal yang kita diskusikan, mulai dari kesibukan kuliah, tulisan, bahkan urusan pribadi pun tidak luput untuk diperbincangkan. Kita pun sering menghabiskan hari bersama-sama sampai dipunggung senja sembari menikmati seduhan kopi dibawah rindangnya pohon beringin.
Sejak awal kita berkenalan, aku memanggilnya “kakak” dan kau memanggilku “dek”. Panggilan yang tidak pernah kita atur sebelumnya, semuanya hadir begitu saja. Banyak teman-temanku berfikir, kita ada hubungan khusus. Bahkan mereka juga berkomentar bahwa kami cocok untuk menjadi sepasang kekasih. Acap kali teman-teman berceletuk tentang kita, kulihat kau hanya tersenyum yang seolah mengiyakan.
Pernah suatu hari, kita dikirimkan ke luar kota untuk mengikuti kegiatan sebagai perwakilan kampus. Lagi-lagi kami mempersiapkan semuanya bersama-sama. Ini menambah rasa akrab kita tentunya. Banyak hal yang membuat kita saling paham satu sama lain. Yang dulunya kita tidak saling tahu kebiasaan masing-masing, akhirnya pelan-pelan mulai tahu dengan seiring berjalannya waktu.
Aku waktu itu sakit. Kau begitu perhatian terhadapku.  Selalu bawel dikala aku tak mau minum obat. Meminjamkan jaketmu padahal kamu sendiri menggingil kedinginan. Menyiapkan teh panas agar tubuhku selalu hangat.
Aku tahu, kau sering memperhatikanku. Sering kali aku memergokimu ketika kau sedang melihatku dari seberang. Lalu aku menoleh dan mendapati kedua mata kita bertemu. Kau gugup dan pura-pura mengalihkan pandanganmu. Padahal, aku juga diam-diam sering memperhatikanmu dari jauh. Sering pula aku melihat status-status di sosial mediamu untuk sekedar ingin tahu segala aktivitas dan perasaanmu.
Aku, seorang gadis lugu yang sebenarnya takut untuk mencerna semua ini. Aku khawatir terlalu dini dalam mengartikan kisah kita. Hubungan kita terlalu naif untuk disebut sebagai sahabat, namun terlalu berlebihan untuk dianggap berpacaran. Lalu apa namanya? Apakah salah jika aku meminta judul atas kisah kita?

By : Gadis pemburu Pelangi