Aku masih ingat bagaimana awal kita berjumpa. Kita
belajar dikampus yang sama. Walaupun kita dari fakultas yang berbeda, tidak
sulit bagi kita untuk saling bertemu. Waktu itu, kita sama-sama bergabung dalam organisasi
dikampus. Kecintaan kita dalam bidang tulis-menulis membuat kita selalu sibuk
untuk saling berbagi ilmu dan berdiskusi. Suatu ketika kita pernah mendapatkan
tugas yang sama, yaitu meliput salah satu tokoh terkenal dikota ini. Kamipun
berangkat bersama-sama, dan itupun dengan teman-teman yang lain juga tentunya.
Tugas demi tugas hampir kita lakukan bersama-sama.
Intensitas percakapan kita pun semakin sering setiap harinya. Banyak hal yang
kita diskusikan, mulai dari kesibukan kuliah, tulisan, bahkan urusan pribadi
pun tidak luput untuk diperbincangkan. Kita pun sering menghabiskan hari
bersama-sama sampai dipunggung senja sembari menikmati seduhan kopi dibawah
rindangnya pohon beringin.
Sejak awal kita berkenalan, aku memanggilnya
“kakak” dan kau memanggilku “dek”. Panggilan yang tidak pernah kita atur
sebelumnya, semuanya hadir begitu saja. Banyak teman-temanku berfikir, kita ada
hubungan khusus. Bahkan mereka juga berkomentar bahwa kami cocok untuk menjadi
sepasang kekasih. Acap kali teman-teman berceletuk tentang kita, kulihat kau
hanya tersenyum yang seolah mengiyakan.
Pernah suatu hari, kita dikirimkan ke luar kota
untuk mengikuti kegiatan sebagai perwakilan kampus. Lagi-lagi kami mempersiapkan
semuanya bersama-sama. Ini menambah rasa akrab kita tentunya. Banyak hal yang
membuat kita saling paham satu sama lain. Yang dulunya kita tidak saling tahu
kebiasaan masing-masing, akhirnya pelan-pelan mulai tahu dengan seiring
berjalannya waktu.
Aku waktu itu sakit. Kau begitu perhatian
terhadapku. Selalu bawel dikala aku tak
mau minum obat. Meminjamkan jaketmu padahal kamu sendiri menggingil kedinginan.
Menyiapkan teh panas agar tubuhku selalu hangat.
Aku tahu, kau sering memperhatikanku. Sering kali
aku memergokimu ketika kau sedang melihatku dari seberang. Lalu aku menoleh dan
mendapati kedua mata kita bertemu. Kau gugup dan pura-pura mengalihkan
pandanganmu. Padahal, aku juga diam-diam sering memperhatikanmu dari jauh.
Sering pula aku melihat status-status di sosial mediamu untuk sekedar ingin
tahu segala aktivitas dan perasaanmu.
Aku, seorang gadis lugu yang sebenarnya takut untuk
mencerna semua ini. Aku khawatir terlalu dini dalam mengartikan kisah kita. Hubungan
kita terlalu naif untuk disebut sebagai sahabat, namun terlalu berlebihan untuk
dianggap berpacaran. Lalu apa namanya? Apakah salah jika aku meminta judul atas
kisah kita?
By : Gadis pemburu Pelangi
0 komentar:
Posting Komentar