Malam ini
kurebahkan badanku di rerumputan beralaskan banner yang sudah beralih fungsi
menjadi tempat duduk. Iya, aku sedang memanjakan imajiku disalah satu tempat
ngopi dipinggir jalan dibelakang Teras Kota. Sudah lama sebenernya aku ingin
ketempat ini. Sering kulirik-lirik tempat ini ketika pulang kerja. Dan akhirnya
aku berhasil menikmati tempat ini dengan penuh khitmad.
Sekitar jam 7
malam aku dan temanku, panggil aja Ko Heru, berdua ke tempat ini. Kami pilih tempat
yang sedikit remang-remang,hehe karena aku berencana ingin rebahan. Soalnya ku merasa
sedikit sakit punggung akhir-akhir ini. Tapi sore tadi sempet ku kasih koyo cabe
sih di punggung,haha #nggak penting
Ku pesanlah kopi
good day mocacino for a good mood. Lalu mas penjualnya tanya “mau yang dingin
atau pana mbak?” emmm... i said “dingin lebih seru kayaknya, dingin aja mas”
gitu jawabnya sembari membayangkan sensasi es yang akan mampu mendinginkan
pikirannku. Sedangkan ko Heru pesan kopi panas item yang aku lupa mereknya.
Aku pun mulai
merebahkan diri, literaly tiduran di alas. Oh my God! I love it, aku
bener-bener bisa ngelihat pemandangan malam hari dihamparan tanah yang luas
ini. Kulihat langit gelap yang tertutup oleh awan. Tak ada bintang memang, namun
somehow it’s really peaceful.
Aku dan Heru suka
banget bercakap-cakap kesana-kemari. Kami saling bertukar cerita. Saling kasih
feedback. Kami nyambung memang mah kalau ngobrol.hehe kami pun menghindari topik-topik
yang berat, supaya rileks memang. Dengan melakukan ini, aku benar-benar ngerasa
kayak go away from daily routine gitu. Yeaiii
Sesekali pengamen
mengganggu kenyamananku. Tapi aku abaikan mereka, karena ini “me” time. No one
can distrub me. Sedikit terasa pelit sih, tapi... aku lagi nggak mau membagi uang
recehku ke mereka. Aku nggak mau siapapun menggangguku disebuah moment dimana
aku dengan bebas melihat langit yang sedemikian luas dan udara yang sejuknya
luar biasa.
Ku pandangi
langit dengan seksama. “Mana kau para bintang?
Hei.. kamu dimana?” Aku pun mulai protes. Aku mulai mempertanyakan
keberadaannya. “Please tampakkan dirimu, Tembuslah awan-awan itu, ku mohon. “
aku mulai merintih. Sekarang, aku mulai memaksa mereka untuk bersinar sekuat
tenaga mereka agar mampu menembus batas-batas yang kelam. Demikian pun diriku. Sekarang.
Iya, hari ini adalah
hari terakhir dibulan juli. Tidak terasa aku dah menginjakkan kakiku dibumi jakarta
hampir sebulan. Aku jadi mulai memikirkan
secara lebih sederhana. “apakah yang kulakukan ini sudah tepat?” , tapi sungguh
aku memikirkan ini dengan penuh kedamaian. Aku refleksi kembali tentang
perjalananku selama 3 mingguan ini. Banyak perjalanan yang sudah kulakukan
kesana kemari untuk membuka satu pintu kepintu yang lain. Aku ikut acara satu
dan yang lainnya.
“Apakah aku
bahagia”? dan aku pun menjawabnya, “Iya..aku sangat bahagia, melebihi apa yang
aku kira”. Aku bertemu dengan orang-orang yang sangat positif dan berdedikasi
tinggi. Aku menghela nafas dalam-dalam. Aku
sangat bersyukur.
Ku sruput kopiku
disetiap waktu. Kunikmati moment-moment kopi dingin masuk ke kerongkonganku
yang mampu mendinginkan otakku. Dan disaat itu lah, bintang-bintang mulai
tampak malu-malu. Bermunculan satu-persatu, timbul lalu tenggelam. Tenggelam lalu
muncul kembali. Sampai akhirnya mereka benar-benar bersinar, demikian pun
diriku.
Diriku adalah tentang memulai sesuatu. Tidak mudah memang memulai semuanya. Namun aku
yakin, aku akan bisa bersinar terang secerah bintang itu dengan menerobos
segala ketidak-mungkinan menjadi mungkin, kegelapan menjadi terang dan suasana
kelam menjadi benderang.
Amin.
31 Juli 2017
0 komentar:
Posting Komentar